Arsip Bulanan: April 2018

Tarian daerah Solo memang memiliki kekhasan

Tarian daerah Solo memang memiliki kekhasan tersendiri. Selain itu, kemistikan dari berbagai tarian tradisional ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan agar terus datang ke kota ini. Beberapa tarian mungkin bisa ditampilkan pada setiap festival seni yang diadakan di Kota Solo.

Tetapi ada juga tarian khusus yakni tarian yang hanya dipertunjukkan pada saat-saat tertentu saja. Seperti Tari Bedaya Ketawang, tarian yang diperankan oleh sembilan penari perempuan. Tarian ini yang konon harus masih perawan ini hanya dipertunjukkan saat prosesi Tingalan Jumenengan atau peringatan kenaikan tahta raja Keraton Kasunanan Surakarta saja.

Tarian daerah Solo

Sebenarnya apa sih tarian Bedaya Ketawang ini? dan kenapa tarian ini bisa begitu sakral untuk dipertunjukkan. Tarian Bedaya Ketawang sendiri merupakan tarian yang sangat-sangat istimewa. Tidak semua perempuan bisa menjadi penari ini, dan hanya mereka yang terpilih saja yang bisa tampil dengan keelokan tariannya di hadapan Raja. Bedaya Ketawang sendiri memiliki arti yang sangat tinggi.

Service ac solo.

Tengkleng solo.

Tarian daerah Solo yang konon mistik

Bedaya berarti penari wanita yang ada di istana, sedangkan Ketawang memiliki arti bintang di langit. Kata ini berasal dari kata tawang, makanya jumlah penarinya ganjil yakni sembilan orang dan bukan 10 orang sekalian. Ini menggambarkan atau dapat direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang dari arti Ketawang. Selain kemistikannya, ternyata para penari yang mempertunjukkan keelokan tariannya ini juga memiliki nama-nama sendiri. Diantaranya, Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, Dan Boncit.

Tarian ini diciptakan oleh Raja Mataram ketiga yakni Sultan Agung (1613-1646). Cerita yang dihadirkan dalam tarian ini yakni mitos percintaan yang terjadi antara raja Mataram pertama, Panembahan Senopati, dengan Dewi Laut Selatan, bernama Ratu Kencanasari atau biasa disebut Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul.

Kemudian ada tarian lain yang tidak kalah menariknya untuk anda tonton saat berkunjung ke Solo, yakni Tari Srimpi, Tari Beksan Gambyong, Tari Topen dan masih banyak lagi jenis tarian yang bisa anda nikmati sembari berwisata dan berkunjung ke sejumlah destinasi yang ada di Kota Bengawan ini.

Sekolah di Solo ada lebih dari 800 sekolah

Nuwun.

Jumlah penduduk Kota Solo data Badan Pusat Statistik

Jumlah penduduk Kota Solo untuk tahun 2016 berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta mencapai 514.171 jiwa. Jumlah ini merupakan proyeksi hasil sensus penduduk 2010. Untuk rasio jenis kelamin yakni sebesar 94,62. Ini berarti bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 95 penduduk laki-laki.

Jumlah penduduk Kota Solo data Badan Pusat Statistik (BPS)

Tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta ini tergolong sangat tinggi, dengan tingkat kepadatan mencapai 11.675 jiwa/km2. Dan untuk tahun 2016 kemarin tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Pasar Kliwon dengan angka kepadatan penduduk yang mencapai angka 15.882. Jumlah ini mengalahkan kepadatan penduduk dari empat kecamatan lain yang ada di Kota Surakarta seperti Kecamatan Banjarsari, Laweyan, Jebres, dan Kecamatan Serengan.

Tentang situs kami lainnya bisa lihat di layanan aqiqah solo, aqiqah jogja, aqiqah semarang, perlengkapan haji dan seragam batik.

Tingkat kepadatan Jumlah penduduk Kota Solo tinggi

Tingkat kepadatan Jumlah penduduk Kota Solo tinggi. Tingkat kepadatan penduduk yang terjadi di Kota Surakarta ini tergolong sangat tinggi. Idealnya tingkat kepadatan penduduk untuk setiap satu kilometernya yakni 5000 jiwa. Jadi tidak heran jika kondisi ini menempatkan Kota Surakarta sebagai Kota terpadat yang ada di Jawa Tengah. Guna mengantisipasi meledaknya populasi penduduk yang ada di Kota Surakarta, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta semakin gencar untuk menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB).

Tingkat kepadatan yang terjadi di Kota Surakarta ini jelas berdampak pada berbagai masalah sosial yang terjadi, seperti masalah perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas. Selain tingkat kepadatannya yang sangat tinggi, ternyata jumlah penduduk yang bekerja di Kota Surakarta ini lebih dari separuhnya. Seperti yang ada pada data milik BPS Kota Surakarta, tercatat bahwa jumlah penduduk Kota Surakarta yang bekerja di kota ini sampai pada tahun 2016 mencapai 271.199, atau sebesar 52,95% dari seluruh penduduk Kota Surakarta.

Dan dari jumlah tersebut untuk penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 122.187 jiwa atau sebesar 45,05% dari penduduk yang bekerja. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa peran perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Jadi selain berperan sebagai ibu rumah tangga, kebanyakan perempuan di kota ini juga sebagai seorang pekerja dan membantu perekonomian keluarga.